Rabu, 04 Juni 2014

Cerita Dewasa - Perselingkuhan Tanteku

Cerita Dewasa - Perselingkuhan Tanteku - Ini adalah pengalaman yang diceritakan oleh tanteku bernama Anita dimana dia pernah melakukan perselingkuhan dengan seorang pelaut. Meski semua itu hanya sekejap, namun, tante Anita agaknya sangat menikmatinya dan masih selalu terbayang dengan apa yang pernah dia lakukan beberapa waktu lalu.


Anita adalah adalah sepupu Ibuku, pada usia 24 tahun gadis yang masih terlihat polos ini dilamar dan dinikahkan dengan Ronald, seorang sarjana ekonomi yang pada waktu itu sudah berdinas sebagai Staf Muda kantor pajak di salah satu kota di Kalimantan. Setelah menikah Anita dibawa untuk tinggal di sana dan bersama mereka tinggal juga Ibu mertua Anita.


Setahun setelah menikah, Ronald mengajak istri dan Ibunya untuk berlebaran di kampungnya di Jawa. Mereka mengambil transportasi lewat laut yang lebih murah karena dititipi untuk membawa barang-barang berupa perabot meubel pesanan seorang atasan Ronald di Jawa. Dari sinilah awal Cerita Dewasa ini dimulai dimana Waktu itu belum ada kapal penumpang Pelni yang bagus sehingga terpaksa menumpang sebuah kapal barang. Kebetulan saat menjelang Lebaran itu penumpang di semua angkutan memang penuh. Di kapal yang ditumpangi Anita pun semua cabin awak kapal sudah habis disewakan sehingga keluarga Anita tidak kebagian kamar lagi dan terpaksa menggelar tikar di salah satu geladak kapal, itu pun kebagian geladak sebelah luar yang ditutupi terpal.

Cerita Dewasa

Karena suasananya berangin dingin tidak menyenangkan, sesaat kapal bertolak, Anita yang berpembawaan berani tanpa memberitahu keluarganya diam-diam menghadap sendiri kepada Kapten kapal menanyakan kemungkinan ada kamar lagi untuk mereka. Oleh Kapten dia diminta menanyakan sendiri pada Antok, Perwira Satu yang mengatur masalah penumpang. Pergi menemui Antok di kamar kerjanya Anita baru di jumpa pertama sudah sempat tertegun melihat ketampanan laki-laki yang simpatik ini, tapi di situ meskipun sudah merengek-rengek ternyata memang tidak ada kamar lagi. Dalam pada itu Antok yang juga sekali melihat sudah langsung tergiur dengan kecantikan dan kemulusan Anita, mencoba iseng menggoda karena dinilainya perempuan muda ini jinak dan mudah didekati. Waktu itu Anita sedang merayu untuk diperbolehkan dia dan Ibu mertuanya menggunakan kamar kerja Antok.


"Waduh gimana ya Nit, nanti Mas nggak punya tempat kerja lagi. Tapi.. hmm.. bisa juga sih, asal nanti Anita sendiri tidurnya di kamar sebelah situ, gimana, bisa kan?" kata Antok yang sebetulnya juga sudah kasihan akan memberi cuma saja disertai iseng-iseng merayu sambil menunjuk kamar tidurnya di sebelah.
"Lho itu kan kamar tidur Mas, lalu Mas sendiri tidurnya di mana?"
"Ya sama di situ juga."
"Ihhik.. berdua di situ sih malah bukannya tidur Mas.. Lagipula Ibu Anita nanti mau di kemanain?" jawab Anita tertawa malu-malu genit.
"Kan bisa aja, mula-mula berdua Ibu di sini tapi kalau Ibu sudah tidur kamunya pindah ke kamar Mas," kata Antok semakin berani berlanjut.
"Wihh.. itu sih nekat Mass.. nanti ketauan Ibu malah rame nggak karuan," Anita tertawa geli sambil memukul canda pangkal lengan Antok yang mulai merapat kepadanya.


Keduanya ketika itu berbicara sambil berdiri berhadapan dan dengan Antok inilah Cerita Dewasa Perselingkuhan Tanteku dilakukan.
"Kalau cuma bikin supaya nggak ketauan sih gampang, yang penting maunya dulu, nanti diaturnya belakangan."
"Ah Mas sih guyon aja, nanti udah gitu tapi tau-taunya harga sewanya dimahalin juga?"
"Ini bener-bener serius, pokoknya kalau mau malah bisa Mas kasih gratis," kejar lagi Antok tapi sudah mulai menarik Anita merapat padanya.
Antok 30 tahun, laki-laki playboy peranakan Menado-Jawa ini memang pintar memanfaatkan ketampanannya untuk menaklukkan wanita. Yakin bahwa Anita bisa ditaklukkan, dia makin berani apalagi dilihatnya ada kesempatan terbuka. Begitu rapat dia pun mulai merangkul pundak Anita.
"Tapii.. gimana caranya Mass.." terdengar nada Anita bimbang tergiur tawaran Antok.
"Pokoknya tenang aja.. Bilang mau dulu nanti Mas yang jamin pasti aman.."


Kali ini bujukan Antok sudah diikuti aksinya. Anita yang masih menunduk malu-malu diangkat dagunya untuk diajak bertatap mesra. Dan ketika Anita masih terdiam ragu, Antok sudah menunduk dan memberinya satu ciuman dalam menempel di bibirnya. Anita sempat gelagapan, tapi ajakan berciuman laki-laki berwajah tampan simpatik ini cepat saja memukaunya dan melambungkannya dalam asyik. Sehingga dia jadi terikut membalas melumat, saling bergelut lidah bertukar ludah. Yang begini jelas tambah memperlemah Anita karena tiba-tiba tubuhnya terasa melayang dipondong Antok dibawa berpindah ke kamar tidur sebelah. Tentu saja Anita kaget, meronta-ronta untuk lepas tapi bibirnya disumbat ketat oleh bibir Antok dan baru dilepas ketika tubuhnya sudah dibaringkan di atas tempat tidur.


"Aduhh nggak Mas, aku nggak mau..! ja.. jangan Mass, jangan sekarang..!" panik dia ingin ke luar dari kepungan Antok tapi cepat dibujuk Antok.
Anita memang sudah mulai terbujuk Antok tapi suasananya dianggap tidak cocok saat itu.
"Sstt, sst tenang aja.. Mas juga nggak ngajakin sekarang kok..?"
"Tapi ngapain aku dibawa ke sini!?"
"Mas cuma mau buktiin lewat ciuman tapi kuatir di sebelah situ ada yang mergokin kita, kalau di sini kan aman. Tenang aja, percaya sama Mas deh."


Anita terbujuk lagi dan agak tenang, dia pun segera menerima lagi rayuan Antok. Kembali dia melambung dalam asyiknya berciuman, di sini Antok semakin menjadi-jadi. Tangan pelaut senior ini cepat saja menyusup lewat bawah rok Anita. Lagi-lagi Anita kaget ingin lepas tapi posisinya sudah dibuat terkunci lebih dulu oleh Antok.


Semakin keras Anita berusaha, semakin ketat tekanan Antok dan semakin gencar terasa rangsangan Antok di kemaluannya.Anita dari semula ingin berontak lepas, sekarang malah pasrah kepada Antok. Ini dibuktikan ketika Antok mengendorkan cekalan tangannya, Anita ternyata tidak ribut ingin lepas malah terdiam hanyut dengan mata terpejam menikmati asyik peristiwa itu.


Ini di luar dugaan Antok dan dia juga sadar sekarang bukan waktu yang tepat untuk melakukannya tapi untuk langsung berhenti Antok tidak tega sebab dilihatnya Anita sudah terlalu hanyut. "Hhghh ssh.." betul juga, mengerang pelan terdengar suara Anita meskipun tidak kentara tapi Antok tahu bahwa Anita mulai menikmatinya. Antok pun akhirnya mulai berhenti.


"Tuu kaan, percaya kalau Mas nggak mau jahat sama Anita. Ini cuma sekedar supaya lebih kenal deket, soalnya cewek cantik kayak Anita gini bikin Mas langsung gemes pengen cium sambil diremes-remes. Ayo, rapiin dulu bajunya habis itu bisa ajak Ibunya ke sini," kata Antok dalam gaya merayu lembut simpatik untuk tetap mengambil hati Anita.


Caranya seperti sudah yakin bahwa Anita pasti akan menyetujui tawarannya tapi memang Anita juga seperti tersihir dengan undangan itu. Dia hanya sempat ragu-ragu waktu berjalan menemui keluarganya, cuma saja di situ dia justru mengikuti apa yang ditawarkan Antok untuk mengajak Ibu mertuanya menginap di kamar kerja Antok. Tentu saja Ibu senang dengan kebaikkan Antok, padahal Anita sendiri setelah itu berdebaran jantungnya menunggu pengalaman baru yang akan dialaminya malam nanti.


Kapal keluar mengarungi lautan, siang itu sudah langsung diterpa ombak membuat para penumpang mulai pening. Lewat makan malam sebagian besar sudah menggeletak lunglai termasuk Ibu dan Anita. Melihat itu Antok memberi pil anti mabuk pada Ibu, tapi ketika Anita juga minta, dia membisiki bahwa itu sebenarnya obat tidur dan Anita dicegah untuk ikut meminumnya.


Betul juga menjelang tengah malam ibunya sudah terkulai pulas di sebelahnya dan ketika itu Antok yang sedari tadi kalau ke luar masuk lewat pintu tersendiri dari kamar tidurnya, kali ini pura-pura masuk dari pintu kamar kerja. Meyakinkan dulu bahwa Ibu benar-benar sudah pulas, dia menarik lengan Anita mengajaknya ke kamar sebelah. Anita yang sudah terkesan dengan kejadian siang tadi sudah tidak ragu-ragu untuk bergerak bangun mengikuti ajakan Antok ke kamar tidurnya. Baru saja masuk sudah langsung diangkat Antok dibaringkan di tempat tidur.


"Tapi Mass.. aku masih takut kalau ketauan.." bisik Anita menguatirkan perasaannya.
"Nggak usah kuatir.. Ibumu nggak akan bangun sampai besok pagi. Sini Mas yang bantu bukain bajunya ya..?" hibur Antok sambil menawarkan bantuannya tapi diambil alih sendiri oleh Anita.


Antok menutup sebentar gordyn tempat tidur yang umumnya terpasang khusus pada tempat tidur kapal, dia sendiri katanya akan ke kamar mandi dulu. Suasana ruangan remang-remang dengan hanya lampu meja menyala, di tempat tidur lebih gelap lagi terhalang oleh gordyn. Tidak lama Antok kembali hanya mengenakan sarung saja ketika naik menyusul Anita yang rupanya betul-betul patuh dan tanpa mengenakan apapun dibadannya.


Meskipun samar-samar tapi cukup jelas terpandang tubuh padat Anita, sudah langsung melonjakkan gairah Antok namun begitu dia tetap menjaga kelembutannya agar tidak berkesan kasar pada perkenalan pertama ini. Dipikir-pikir nekat juga Anita sudah langsung pasrah dengan laki-laki yang baru pertama dikenalnya ini, tapi ketampanan yang memikat serta kepintaran Antok merayu betul-betul sudah menaklukan hati Anita.


Siang tadi keasyikan yang dialaminya sudah begitu membuatnya terkesan, sekarang berulang lagi ketika kedua bibir mulai bertemu kembali membuatnya cepat jatuh karena dia memang sengaja menuju ke situ. Beda dengan tadi, Antok tidak lagi perlu keras terburu nafsu sebab Anita didapatinya sudah lebih dulu pasrah, lembut saja tapi cukup mengipasi bara birahi Anita terbakar menyala.


"Kita bikinnya pelan-pelan aja ya? Jaga suara supaya nggak didenger Ibumu.." begitu pesan Antok yang sekaligus membuktikan pada Anita bahwa sebenarnya laki-laki ini kalem dan bukan type kasar. Ini makin menenangkan Anita dan dalam tempo sekejap dia sudah terlupa pada suaminya yang sedang meringkuk kedinginan dan pening, tidur beralaskan tikar di lantai besi di geladak yang berangin kencang, sebab dia sendiri di atas kasur empuk sedang dipeluk hangat seorang lelaki tampan yang membuainya.


Malam itu, Ombak memang terlihat lumayan besar dan sesekali menerpa kapal. Terdengar dari kamar ibunya, sebuah gelas jatuh dan membuat bunyi yang lumayan keras. Hal ini membuat Ibunya Anita terbagun.Dari kamar sebelah, terdengar suara Ibu Anita memanggil manggil dan sontak saja anita kebingungan. Dengan cepat cepat dia mengenakan pakaiannya lagi dan berusaha untuk kembali ke kamarnya. Dilain sisi, Antok sendiri juga terheran karena dia sangat yakin dengan apa yang telah diberikannya kepada Ibunya Anita.


"Lho mas, koq Ibu bangun.." Aku balik ke kamar dulu.."


Kelanjutan malam itu meskipun Antok masih belum puas mengerjai Anita, tapi dia tidak memaksa ketika Anita karena perasaan takutnya berkeras untuk kembali tidur bersama Ibu mertuanya. Tapi cara Antok yang pintar mengambil hati begini justru menarik simpati Anita.


Masih beberapa jam menjelang tiba, semua penumpang sudah sibuk mengemasi barang-barangnya. Waktu itu di kamar kerja Antok, suami dan Ibu mertua Anita juga sibuk mengemasi perlengkapan mereka sementara Anita sendiri sedang ke luar mandi. Anita selesai mandi dan berjalan kembali ke kamar kerja Antok, rupanya sudah ditunggu Antok di balik pintu kamar tidurnya. Begitu akan melintas di situ tiba-tiba pintu terbuka dan Antok langsung menangkap lengan Anita menariknya masuk ke kamar tidur itu. Karuan saja Anita kaget dan memberi isyarat bahwa keluarganya sedang berkumpul di sebelah. Tapi Antok berkeras sehingga meskipun serba salah terpaksa dituruti juga oleh Anita, apalagi di tikungan gang terdengar langkah kaki orang, Anita takut kalau terlihat bahwa dia sedang bertarik-tarikan dengan Antok di depan pintu.

Cepat dia meloncat masuk dan secepat itu juga buru-buru melewati celah pintu penghubung kamar sebelah yang terkuak. Pintu itu memang cuma bisa ditutup setengah dikaitkan dengan tali karena sudah rusak, tapi masih ada penghalang gordyn sehingga tidak terlihat keadaan di sini dari kamar kerja sebelah. Langsung mengambil tempat terlindung di arah ujung tempat tidur, Anita berdiri dengan jantung berdebaran sementara Antok membalik kaset menyetel musik untuk menunjukkan pada orang sebelah bahwa dia masih ada di kamar sekaligus untuk meredam suara kehadiran Anita.


"Iddihh Mas nekat ahh.. kalau ketauan aku di sini gawat nantinya.. Ehh, adduh! mau ngapain lagi Mass.. Sebentar lagi mau nyampe aku pasti ditungguin sekarang ini..!?"


Dan benar saja, karena bunyi sirine telah menunjukkan bahwa kapal telah berlabuh. Anitapun berpamitan kepada Antok dan berjanji akan menemuinya jika ada waktu.


"Kalau udah di rumah nanti jangan lupa sama Mas Antok, ya Nit..?"
"He ehh.. aku nggak bakalan lupa sama Mas, abisnya pinter maennya. Tapi jangan-jangan Mas sendiri yang lupa sama Anita?"
"Oo nggak, Mas pasti keinget terus sama Bu Ronald yang cantik ini.."
"Mas Antok emang pinter ngerayunya, apalagi mesti asik lainnya.." balas Anita tersenyum geli.
"Bu Ronald suka ya? tapi jangan bilang-bilang Pak Ronald ya?" kata Antok.


Keduanya mulai berpamitan dan berjanji untuk bertemu setelah sepulang dari Jawa. Kapal merapat dan penumpang turun, Antok dari anjungan atas hanya mengantar perpisahan ini dengan senyum manis dan kekecewaan yang disembunyikannya disambut Anita yang membalas dengan juga tersenyum malu-malu geli dan tetap penasaran dengan kegagahan Antok yang gagal ditunjukkannya..