Cerita Dewasa Indahnya Tubuh Ibuku - Malam sudah semakin larut, jam
menunjukkan pukul 02.00 kurang
lima menit. Aku masih terjaga di
tempat tidurku. Rasanya waktu
berjalan sangat lambat sekali.
Mungkin benar kata orang, menunggu adalah pekerjaan yang
membosankan. Yah, aku memang
sengaja bergadang, ada sesuatu
yang membuatku melakukan hal
itu. Bermula dua satu minggu yang lalu
ketika aku tak sengaja bangun
pagi sekali, sekitar pukul lima lebih
sedikit. Biasanya aku baru bangun
sekitar jam sembilan, kebetulan
aku masuk sekolah pada siang harinya.
Tapi pagi itu entah kenapa
Tapi pagi itu entah kenapa
rasa kantuk langsung hilang begitu
aku membuka mata. Terpaksa aku
keluar dari kamar, dan kulihat
suasana rumah juga masih lengang
dan sepi. Ayah tentu masih tidur, begitu juga dengan Raden, adikku
yang duduk di kelas 2 SMP. Mungkin
ibu sudah bangun karena harus
menyiapkan sarapan pagi. Akhirnya
aku memutuskan untuk berenang
saja, kebetulan air kolam renang biasanya hangat pada pagi hari.
Aku pun berjalan menuju kolam
renang di belakang rumah.
Terdengar suara orang sedang
berenang. Aku pun penasaran dan
mencoba mendekat, cuaca yang masih remang-remang membuat
sosok yang sedang berenang itu
terlihat samar-samar. Tetapi begitu
sosok tersebut keluar dari kolam
renang, aku kini dapat melihatnya
dengan jelas karena lampu di pinggir kolam renang masih nyala. Sosok tubuh seorang wanita keluar
dari kolam renang. Yang
membuatku terkejut karena sosok
tersebut telanjang bulat.
Payudaranya yang bulat dan
terlihat masih kencang begitu indah dibasahi oleh air. Dan saat sosok
itu menghadap ke arahku aku
bertambah terkejut, menyadari
kalau sosok tersebut adalah ibuku
sendiri. Tubuh ibu yang montok dan
mulus berkilat terpantul oleh sinar lampu. Kemaluan ibu terlihat bersih
tanpa selembar rambut yang
menempel di sana. Tapi aku dapat
melihat bibir kemaluan ibu yang
sudah menggelambir di sisi-sisinya.
Melihat sosok ibu yang telanjang bulat dengan air membasahi
tubuhnya, aku hanya sibuk
meneguk ludah berulang kali.
Sebelumnya aku tidak mempunyai
pikiran apapun terhadap ibu. Tapi
menyaksikan pemandangan erotis itu tanpa terasa pikiran kotor pun
terbentuk di otakku. Aku sudah
biasa melihat tubuh telanjang
cewek, karena aku sering bercinta
dengan pacarku. Tapi tubuh
telanjang ibuku memberi rangsangan lain terhadap diriku. Umur ibuku mungkin sudah tidak
muda lagi, mendekati angka 35
tahun. Namun tubuh telanjangnya
seakan menegaskan ibu tak kalah
menggairahkannya dengan gadis
25-an. Aku langsung buru-buru menyingkir begitu ibu menuju
tempatku berdiri. Aku pergi menuju
dapur, dan kulihat ibu ngeloyor
pergi ke kamar mandi.
Kelihatannya ibu mau
membersihkan diri. Rasa penasaran yang amat sangat membuatku
mencoba mengintip dari lubang
kunci kamar mandi. Tapi tidak
dapat kutemukan sosok ibu. Aku
pun pergi ke kamar dengan sejuta
perasaan yang menggunung. Tiba- tiba saja terbersit keinginan untuk
bercinta dengan ibu kandungku
tersebut. Dan itulah mengapa aku
masih terjaga pada malam hari ini.
Hampir satu minggu ini kegiatanku
adalah mengintip ibu pagi-pagi di kolam renang. Semakin lama
keinginan untuk bercinta dengan
ibu semakin kuat. Dan malam ini
adalah kesempatanku, karena
kebetulan ayah sedang pergi ke
luar kota (berangkat tadi sore) selama tiga hari. Saat jam menunjukan pukul 02:00
tepat, aku pun keluar dari kamar.
Suasana rumah gelap dan sepi, aku
berjalan pelan-pelan takut Raden
bangun karena kamarnya di
sebelahku persis. Tujuanku adalah kamar ibuku yang terletak di lantai
bawah. Aku berharap cemas kalau
pintu kamar ibuku dikunci, tapi aku
langsung tersenyum senang karena
pintu kamar ibu tak terkunci. Kamar
ibu gelap karena lampu tidak dinyalakan, aku menekan saklar
dan ruangan kamar pun terang
benderang. Sosok ibuku kutemukan
di kasur sedang tidur nyenyak
sekali, seperti sleeping beauty.
Pakaian yang dikenakannya adalah gaun tipis berwarna pink
sebatas lutut. Gairahku langsung
naik melihat ibu tidur terlentang
dengan gaun tipis. Tubuhnya yang
mulus menerawang dari balik gaun.
Celana dalam dan BH ibu pun kelihatan. Dengan hati-hati aku
mendekati tubuh ibuku. Aku
sejenak memandangi wajahnya
yang ayu, bibirnya yang tipis dan
kecil, hidung ibu yang mancung dan
rambut ibu yang hitam dan pendek seleher. Tanganku gemetaran saat
mencoba meraba kaki ibu mulai
dari betis sampai pahanya. Aku
takut ibu terbangun, tapi kulihat ibu
tidur sangat nyenyak. Kusingkap
gaun ibuku sampai sebatas perut, berkali-kali aku meneguk ludah
menjerit tertahan dan bertambah
keras berontak merasakan kepala
batang kemaluanku di ujung
lubang kemaluannya. Tapi aku tak
peduli, aku paksakan batang kemaluanku untuk masuk ke dalam
kemaluan ibu. Karena vagina ibu
belum begitu basah dan ditambah
batang kemaluanku yang lumayan
besar, aku kesulitan menembus
kemaluan ibu. Dengan susah payah aku akhirnya berhasil memasukkan
batang kemaluanku seluruhnya ke
dalam liang vagina ibuku. Aku
membiarkan sejenak batang
kemaluanku bersemayam di
kemaluan ibu. Konsentrasiku terpecah pada gerakan ibu yang
semakin keras memberontak.
Kedua tangan ibu berusaha
memukuliku dan mencakar serta
menjambak rambutku. Kuikat kedua tangan ibuku dengan
kaus singletku. Sementara
mulutnya kubungkam dengan
sarung bantal. Kini aku bisa
berkonsentrasi penuh pada
kemaluan ibu yang sudah diisi oleh batang kemaluanku. Aku bergerak
maju-mundur dengan lambat
karena kemaluan ibu yang tidak
menerima batang kemaluanku. Tapi
aku tak peduli. Gerakan ibu yang
terus berontak sedikit demi sedikit membantu pergerakanku. Aku
dapat merasakan nikmatnya daya
cengkeram vagina ibuku, begitu
kuat dan enak. Lama kelamaan
kemaluan ibu mulai mengeluarkan
cairan sehingga batang kemaluanku lebih leluasa bergerak
keluar masuk. Aku makin
bersemangat dan mempercepat
gerakanku. Leher ibuku yang
jenjang dan mulus kuciumi dengan
penuh nafsu sementara kepala ibuku terus menggeleng tanda
menolak. Aku mencabut batang kemaluanku
dari kemaluan ibu, sekilas ibu agak
terdiam. Aku langsung
membalikkan tubuh ibu, dan dari
arah belakang aku kembali
menusukkan batang kemaluanku ke lubang vagina ibuku. Pantat ibu
yang bulat dan padat memberi
sensasi tersendiri saat aku
memasukkan batang kemaluanku.
Apalagi bunyi selangkanganku
yang bertemu dengan pantat ibuku, begitu indah kedengarannya. Lama
menyetubuhi ibuku dari belakang
tak membuatku mencapai puncak
klimaks, sementara kulihat ibu
sudah capai untuk memberontak
dan hanya terlihat pasrah dengan wajah yang memerah berlumuran
air mata. Kuterlentangkan lagi
tubuh ibuku, gaun bagian atas
kupelorotkan ke bagian perut. BH
ibu kurenggut dan kedua
payudaranya menjadi sasaranku. Puting susu ibu kuhisap-hisap
seperti waktu aku masih bayi,
kadang kugigit dengan lembut.
Permukaan payudara ibu kujilati
samapai mengkilat. Aku turun ke
bawah, kali ini kembali lidahku menjilati kemaluan ibuku yang
sudah basah kuyup. Lidahku keluar
masuk dengan cepat, sesekali
klitoris ibuku kujilati dan kugigit.
Perbuatanku itu semakin membuat
kemaluan ibu bertambah basah dan menarik, rupanya ibu sedikit
menikmati seks oral dariku.
Kurasakan pantat ibu sedikit
bergoyang saat lidahku sibuk
dengan kemaluannya. Setelah puas untuk pemanasan
kedua, aku kembali memasukkan
batang kemaluanku lagi ke dalam
lubang kemaluan ibuku. Pantatku
naik-turun dengan cepat, dan
batang kemaluanku pun keluar masuk tanpa kesulitan. Yang
mengherankan pantat ibuku
kembali bergoyang seakan-akan
membantu mengimbangi gerakan
naik-turun pantatku. Kedua kaki
ibuku pun menekuk bertumpu pada kedua kakiku. Kulihat wajah ibu,
matanya sayu dan merah, wajahnya
semakin merah dan kelihatan
tambah cantik serta penuh nafsu. Nafas ibuku ngos-ngosan, apalagi
karena mulutnya kubungkam dengan sarung bantal. Ibuku
menyadari aku sedang
memandangi wajahnya, mata ibu
kelihatan aneh. Ada rasa marah
dan nikmat terpancar dari matanya.
Iseng kucabut sarung bantal dari mulut ibuku. Kupikir ibuku akan
teriak, ternyata yang keluar dari
mulut kecilnya hanya desahan. Aku
bertambah semangat dan langsung
menciumi bibir tipis ibuku. Lidah
ibuku menyelusup masuk ke mulutku begitu bibir kami bertemu.
Kami berciuman lama sekali, dan
pergerakan pantat kami tak juga
berhenti. Bahkan kini aku dapat
merasakan daya cengkeram
kemaluan ibu semakin kuat, dan goyangan pantat ibu semakin
keras. Suasana ini membuatku akhirnya
merasakan puncak kenikmatan
yang kuinginkan. Aku
menenggelamkan batang
kemaluanku dalam-dalam di
lubang vagina ibu saat air maniku muncrat. Tubuh ibu juga menegang
dan mengejan seperti orang kena
ayan beberapa kali. Kami
berpelukan sesaat menikmati
puncak kenikmatan dan beberapa
kali batang kemaluanku merasakan berdenyutnya vagina
ibuku yang basah kuyup dibanjir air
maniku. Ruangan kamar hening agak lama,
aku tak juga beranjak dari tubuh
ibuku. Batang kemaluanku pun
masih bersemayam dengan
nyaman di kemaluan ibuku. Tiba-
tiba kudengar ibu berbicara. "Robby, jika kamu lakukan ini
sekali.. lagi, " suara ibu sedikit
mendesah akibat kelelahan. "Ibu
akan bunuh kamu, kamu mengerti.."
Aku cuma tersenyum, dan mencium
lembut bibir ibu dan bangkit dari tubuhnya. Kulepas ikatan di
tangannya, dan dengan santai
pergi dari kamar ibuku. TAMAT